Tahu Sumedang Terancam Punah - SUMEDANG DAILY

It's All About Sumedang

Post Top Ad

Post Top Ad

Friday, July 7, 2017

Tahu Sumedang Terancam Punah

Foto (c) Pikiran Rakyat 
SUMEDANGDAILY - (Berita ini disalin dari laman pikiran-rakyat.com) Para pengusaha rumah makan dan restoran tahu sumedang mengeluh omzet penjualan tahunya merosot tajam. Kondisi itu, salah satunya dipengaruhi beroperasinya tol Cipali (Cikopo-Palimanan). Kini para pengunjung dari luar kota terutama Jakarta pergi ke Cirebon dan daerah lainnya di pantai utara (pantura) Jawa tengah, langsung menggunakan tol Cipali.

Padahal sebelum tol Cipali beroperasi, para pengunjung yang akan ke Cirebon dan pantura Jawa Tengah kerap kali melewati wilayah Sumedang di Jalan Raya Bandung-Cirebon. Saat melintas ke Sumedang, mereka membeli tahu sumedang untuk oleh-oleh, termasuk menyantapnya langsung di rumah makan dan restoran tahu sumedang.

“Pengaruh tol Cipali saja, penurunan omzetnya sudah sedemikian parah. Apalagi kalau tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) sudah beroperasi. Bukan mustahil, usaha tahu sumedang yang menjadi ciri khas kota Sumedang dari dulu,  bisa-bisa mati. Jika ancaman ini dibiarkan dan tidak diantisipasi oleh pemerintah, tahu sumedang bisa punah. Ini bukan main-main, tapi fakta. Buktinya, omzet penjualan tahu sumedang terus merosot. Bukan hanya saya saja, yang lain pun sama,” ujar salah seorang pengusaha tahu sumedang, Hermawan Safari ketika ditemui di restoran tahu “Sindangsari” miliknya di Jalan Mayor Abdurachman, Sumedang, Selasa, 4 Juli 2017.

Ia mengatakan, imbas beroperasinya tol Cipali, penurunan omzet penjualan tahu sumedang di restonya terus merosot tajam. Penurunannya mencapai 90% dari kondisi semula. 
Dia menjelaskan, sebelumnya dalam kondisi normal per hari dapat diproduksi tahu sampai 10 gilingan, atau habis terjual 600 tahu. Namun setelah beroperasinya tol Cipali kini hanya mampu memproduksi maksimal 2 gilingan, atau terjual 240 tahu. 
Bahkan seringnya, dia mengungkapkan, memproduksi 1 gilingan atau menjual 120 biji tahu saja sangat susah.
“Kalau diomzetkan, yang biasanya omzet per hari dalam kondisi normal rata-rata Rp 3 juta, sekarang untuk mencapai omzet Rp 300.000 saja sudah susah. Itu baru pengaruh tol Cipali. Apalagi kalau tol Cisumdawu sudah beroperasi. Usaha tahu sumedang bisa-bisa mati. Seperti halnya gulung tikarnya usaha para pedagang di Purwakarta dan Cianjur, dampak beroperasinya tol Cipularang  (Cikampek-Purwakarta-Padalarang),” kata Hermawan mengeluhkan.
Menurut dia, dirinya sangat pesimis pemerintah bisa mencari solusi dari ancaman lumpuhnya usaha tahu sumedang. Ancaman itu menjadi bom waktu bagi  para pengusaha tahu sumedang, dari mulai Jatinangor sampai Tomo.
Membangun sejumlah rest area di tol Cisumdawu, bukan solusi dan tidak akan  menolong keterpurukan para pengusaha tahu sumedang dan pedagang kecil lainnya. Sebab, diyakini rest area itu akan “dikuasai” para pengusaha berkantong tebal di luar Sumedang, terutama Jakarta.
“Seandainya disewakan kepada pengusaha Sumedang, harganya pasti mahal dan tidak akan terjangkau. Sebab, sudah melalui beberapa tangan. Makanya, rest area bukan solusi untuk menghindari  ancaman tersebut,” ucapnya. (Adang Jukardi/PR)

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads